Lebaran idul fitri tahun 2014 ini
adalah lebaran yang spesial bagi ku, karena aq berkesempatan untuk lebaran di
tanah kelahiran ku. Dusun Paliyan Kidul, Karang Duwet, Kecamatan Paliyan,
Gunung Kidul. Dan tidak seperti dua tahun lalu ketika aku pulang dengan jalur
udara, perjalanan kali ini lebih menantanng karena aku pulang melalui jalan
darat. Perjalanan panjang bagi ku dan melelahkan tapi penuh kesan. 24 juli 2014
berangkat dari pekanbaru, Riau dan menjelang takbiran sampai dirumah bambu yang
penuh kenangan itu. Yang biasanya aku hanya melihat berita kemacetan akibat
mudik, kali ini aku merasakan langsung padatnya jalanan saat tanah jawa. Dari
merak hingga yogja kendaraan berlomba-lomba meninggalkan Jakarta menuju pelosok
jawa. Melelahkan sekali, selain lelah karna bus yang tak juga bergerak karna
padatnya jalanan, tetapi juga lelah karna cemas apakah aku bisa sampai ke rumah
tepat waktu (lebaran).
Pegunungan
Sewu yang selalu menawarkan keteduhan diantara bebatuan kapur. Kebun-kebun jati
Perhutani yang kalau beruntung aku bisa melihat daun-daunnya berguguran karna
kemarau, atau ulat-ulat jati yang bergelantungan saat musim penghujan. Aku
selalu berharap suasana desa itu tak jauh berubah. Tanah merah, galengan (pematang) dari tumpukan batu kapur dan
juga kran air PDAM disudut rumah. Kran yang selalu menjadi harapan dan
penantian kami ketika kemarau sebagai sumber air. Dulu kran itu lebih sering
memberikan kabar mengecewakan pada kami, karna tetesannya terlalu sedikit atau
bahkan kering sama sekali. Kakiku sudah terbiasa meangkah diterjalnya jalanan
tanah berbatu, berkilo-kilo jauhnya menuju kedung (lubuk) yang masih berisi air. Untung saja saat ini kran air PDAM
itu tak lagi mengecewakan, kami sudah bisa mandi sepuas-puasnya tanpa harus
berjalan berkilo-kilo jauhnya. Dan jalanan tanah berbatu itu sekarang sebagian
besar sudah berubah menjadi jalanan aspal atau semenisasi.Bersambung.....