Jumat, 30 Mei 2014

Ibu Muda Bertahan Hidup



Pekanbaru –
Arnawati, anggota kelompok perempuan Dusun Bukit, Desa Kota Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar mengatakan sejak terjadi pengusiran oleh PT. RAKA di tahun 2006 lalu, penghasilan rumah tangga jauh berkurang karena mereka tidak lagi memiliki kebun.
“Sejak itu kami (masyarakat) menjadi buruh sawit di perusahaan atau hanya sekedar berkebun cabai di pekarangan rumah. Penghasilan itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,” kata Arnawati, Kamis (15/5/2014).

Tak hanya Arnawati, belasan ibu muda juga mengalami nasib serupa. Mereka harus bertahan hidup dengan berkebun di pekarangan rumah. Kondisi ini akibat warga tak memiliki lagi lahan garapan.
“Di Dusun Bukit, perempuan berpendidikan paling tinggi SMP dan ketika perempuan beranjak dewasa, ada yang meminang, maka orangtua menyambut baik pinangan itu dan segera menikahkan,” cerita Arnawati.
Melihat kondisi ini, Helda Khasmy, Divisi Pengorganisasian dan Pelayanan Massa, Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) Riau, mengatakan, perempuan memiliki ketergantungan terhadap sumber daya alam, air bersih dan hasil pangan.
“Ketika hubungan ini terganggu maka perempuan mempunyai cara bertahan yang berbeda-beda. Seperti kita temui di Dusun Bukit, menikah di usia muda dan memanfaatkan lahan pekarangan merupakan cara perempuan bertahan dari himpitan ekonomi,” jelas Helda.

"Hasil tulisan Widya Astuti ketua Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) Riau"
kelompok perempuan desa kota garo, kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten kampar (Foto: Widya)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar