Air adalah salah satu kebutuhan pokok mahluk hidup. Tidak hanya manusia, tetapi mahluk hidup lain juga sangat bergantung akan keberadaan air. Apa jadinya jika di dunia ini tidak ada air? sudah pasti kehidupan juga tidak akan ada di muka bumi ini. Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak adalah desa yang terletak di kawasan gambut Semenanjung Kampar sekaligus terletak di pesisir pantai selat panjang. Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk,biasanya terbentuk pada daerah-daerah basah atau cekungan dengan drainase yang buruk, sehingga gambut mampu menyimpan air dengan baik. Dengan demikian seharusnya desa ini tidak akan pernah mengalami kekurangan air atau bahkan kekeringan, karena kita tau bahwa kawasan gambut adalah kawasan yang selalu basah.
Namun tidak demikian dengan kenyataannya, seperti pengalaman saya berikut ini. Pada sabtu, 22 Februari 2014 lalu saya mengunjungi Desa Penyengat.Saya terkejut menemukan fakta bahwa daerah gambut tersebut mengalami kekeringan yang luar biasa. sudah 2 bulan ini tidak turun hujan, sumber-sumber air sudah mengering.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci masyarakat harus membeli air dengan harga Rp. 70.000 per 1000 liter yang habis dalam 1 minggu, sedangkan untuk memasak dan minum warga membeli air isi ulang dalam kemasan seharga Rp. 7000 per galon (19 liter). Hal ini memaksa masyarakat untuk mengeluarkan uang tambahan untuk mencukupi kebutuhan air.
Awalnya masyarakat memanfaatkan air sumur (air gambut) yang dibuat disekitar rumah, dan air yang berasal dari sungai-sungai kecil sekitar desa, tetapi ketika musim kemarau sumber - sumber air tersebut kering. Karena desa ini terletak di tepi selat panjang, sehingga ketika sumur masyarakat mulai kering, air akan berubah menjadi payau. Akhirnya air sumur juga tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Melihat kondisi ini saya berpendapat bahwa sebenarnya masyarakat membutuhkan sumber air yang bisa mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Saat ini teknologi untuk menghasilkan air bersih sudah cukup berkembang. Salah satunya adalah desalinasi air laut yaitu proses penghilangan kadar garam berlebih pada air untuk menghasilkan air yang dapat dikonsumsi. Teknologi ini dikembangkan dibeberapa negara maju seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan juga Singapura. Pada awalnya biaya instalasi teknologi ini memang masih mahal, tetapi penelitian terkini sudah menemukan sebuah sistem yang lebih murah dan dengan hasil yang optimal yang disebut sistem RO-Solar-Rankine, dengan demikian sangat memungkinkan Pemerintah Indonesia mengambangkan sistem ini sebagi solusi krisis air di daerah perisisir seperti Desa Penyengat ini. Saya berharap pemerintah segera merealisasikan program air bersih untuk masyarakat pesisir Desa Penyengat.
Foto: Kondisi sumur saat kemarau di Desa Penyengat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar